Digital Consumerism Trend : FOMO dan Media Sosial

Kebiasaan konsumen digital di Indonesia

Indonesia adalah pasar yang unik dengan karakteristiknya yang khas, di mana harga menjadi pertimbangan utama bagi konsumennya. Akan tetapi, dengan price sensitivity yang tinggi orang Indonesia punya kemampuan yang tinggi untuk membeli barang-barang yang mereka lihat di media sosial. Tentunya ini menjadi tren digital marketing di Indonesia!

Menurut Narrators Indonesia pada tahun 2020, 89% dari masyarakat Indonesia memutuskan untuk membeli suatu produk berdasarkan konten media sosial. Tetapi, mengapa hal ini begitu dominan?

Exposure Digital, Influencer, dan Tren FOMO

Sebagai negara dengan tingkat paparan media sosial yang tinggi, masyarakat Indonesia menghabiskan rata-rata 3,5 jam per hari di platform-platform tersebut. Ini bukanlah kejutan jika banyak dari mereka terpengaruh oleh para influencer.

Menurut temuan dari Nielsen pada tahun 2020, 61% orang Indonesia merasa terinspirasi oleh para influencer dalam hal pembelian produk dan bahkan meniru gaya hidup yang mereka promosikan. Tak heran jika influencer kini menjadi penentu utama dalam keputusan pembelian masyarakat Indonesia.

Tren digital marketing ini menjadi lebih kuat, terutama di kalangan generasi Z dan milenial, yang memiliki tingkat FOMO (Fear of Missing Out) mencapai 68%, menurut Damar Juniarto dari Social Practitioner.

Konsumen Indonesia cenderung takut tertinggal dari tren terbaru dan berusaha keras untuk menunjukkan eksistensi mereka dengan memenuhi keinginan mereka sesuai dengan trend yang ada. Banyak dari mereka menggunakan uang tunai atau layanan kredit untuk mendapatkan produk terbaru yang mereka inginkan.

Selain itu, fenomena menarik lainnya adalah ketika suatu produk sering digunakan oleh KOL (Key Opinion Leader), produk tersebut seringkali diberi nama yang mengacu pada KOL tersebut. Sebagai contoh, selebriti Indonesia, Nagita Slavina alias Mama Gigi, seringkali mengenakan pakaian tertentu yang menjadi tren. Meskipun harganya mahal, beberapa orang kemudian mencoba membuat replika pakaian tersebut dengan harga yang lebih terjangkau dan memberikan nama serupa dengan nama selebriti tersebut, seperti “Kemeja Mama Gigi.”

TikTok juga memiliki dampak besar dalam meningkatkan penjualan produk oleh merek. Hal ini terbukti melalui hashtag viral seperti #RacunTikTok dan #GaraGaraTikTok, di mana orang Indonesia mulai membeli produk setelah melihat konten yang ada di platform tersebut. Ini menunjukkan bahwa TikTok telah menjadi alat riset produk yang penting, terutama bagi generasi Z dan milenial.

[BACA JUGA : Membangun Kesadaran Merek dengan Influencer Marketing]

Pentingnya Storytelling untuk Personalisasi dan Experience

Di Indonesia, konten storytelling menjadi kunci utama dalam menarik perhatian audiens dalam tren digital marketing. Kita tahu bahwa konsumen Indonesia sangat sensitif terhadap harga, sehingga mereka melakukan pertimbangan dan riset yang matang sebelum membeli produk.

Bagaimana cara memenangkan hati konsumen Indonesia?

Penggunaan storytelling yang efektif dapat membangun cinta konsumen terhadap suatu merek. Masyarakat dapat lebih memahami merek tersebut melalui storytelling yang disampaikan dengan personalization. 

Konten ini memberikan value dari produk tersebut dan menunjukkan penggunaan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ini memberikan bukti konkret tentang fungsi produk tersebut, membuat konsumen merasa terhubung dengan kebutuhan mereka.

Bagaimana Contoh Pengaplikasian di Indonesia?

Pada tahun 2019, brand perawatan kulit Pond’s Men mencoba menargetkan anak muda Indonesia dengan produk Pond’s Men White Boost. Mereka meluncurkan kampanye “Muka Cerah Pantang Nyerah” di YouTube. Melalui kampanye iklan yang dipersonalisasi, Pond’s berhasil meningkatkan penjualan sebesar 16%, melampaui target tiga kali lipat dari penurunan pendapatan sebelumnya. 

Contoh lain tentang kekuatan storytelling dan live selling dapat dilihat dari merek kasur Zenius. Mereka memilih Natasha Surya sebagai brand ambasador, yang menceritakan pengalaman pribadinya dengan produk mereka dan memberikan review yang jujur. Sehingga pendekatan secara personal tersebut menjadi relatable bagi target audiencenya. Natasha Surya berhasil melakukan penjualan kasur mencapai IDR 1,1 Milliar hanya melalui satu sesi live selling di TikTok dalam kurun waktu dua jam.

Dengan kombinasi strategi tren digital marketing yang kuat, pengaruh influencer, dan storytelling yang personal, merek-merek di Indonesia dapat memenangkan hati konsumen dan meningkatkan penjualan mereka dengan signifikan. Ingin tahu lebih lanjut dalam membuat strategi influencer dan konten personalization di media sosial silahkan menghubungi kami di [email protected].

Tentang Kami

CMI menyediakan solusi online dan offline berbasis data lengkap kepada pelanggan, dengan menargetkan audiens Anda untuk memperoleh pesan yang sesuai pada setiap tahapan penting perjalanannya sebagai konsumen. 

Tim kami memiliki pengalaman dan keahlian pemasaran digital untuk mengenali dengan baik apa yang diinginkan oleh konsumen Anda dan menyampaikan pesan yang tepat kepada mereka pada saat yang tepat.

Terbaru