Apapun yang berbau “Korea” masyarakat Indonesia sudah pasti antusias dan tertarik membeli produk tersebut. Bahkan antusiasme ini bukanlah sekadar tren yang singkat, tetapi merupakan revolusi budaya, ekonomi, dan sosial yang mencakup dari segala aspek kehidupan. Mulai dari fashion hingga dekorasi rumah, pengaruh Korea telah meresap ke setiap aspek kehidupan Indonesia, menciptakan antusiasme di pasar.
Tak heran, bila kini banyak dari pengusaha melakukan branding yang mengaitkan dengan nilai-nilai yang berbau Korea. Seperti contoh “Baju Impor Korea”, “Dekorasi Rumah ala Korea”, atau “Skincare Korea” untuk menarik perhatian pembeli.
Korean Wave: Meningkatnya Antusiasme Shoppers
Masyarakat Indonesia merupakan pembeli produk Korea Selatan terbesar keempat di dunia, dimana mencapai 53% market share. Statistik ini, yang berasal dari Yayasan Pertukaran Budaya Internasional Korea (KOFICE), menegaskan bahwa Korean Wave tidak hanya memikat hati, tetapi juga membuka dompet di seluruh Indonesia.
Mengapa Antusiasme Ini Terjadi? Bagaimana Ini Terjadi?
Akar dari antusiasme ini dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 2000-an ketika K-Drama pertama kali muncul di Indonesia. Drama-drama ini, dengan alur cerita yang memikat dan aktor/aktris yang karismatik secara tidak sadar terdapat pertukaran budata.
Menurut survei Jakpat, 46% penduduk Indonesia sekarang menghabiskan waktu 1,5 hingga 3 jam setiap hari untuk menikmati K-Drama favorit mereka. Ini bukan hanya hiburan; ini adalah fenomena budaya yang fenomenal di Indonesia.
Pengaruh K-Drama menembus layar kaca dan merekonstruksi budaya di Indonesia. Seperti membentuk persepsi tentang standar kecantikan, mode baju, dekorasi rumah, dan bahkan perilaku sehari-hari, serta bahasa. Menurut survei Jakpat, 9 dari 10 orang ingin belajar bahasa Korea karenan menonton film Korea atau drakor.
Wanita Indonesia, khususnya, memiliki keinginan untuk meniru penampilan artis Korea dengan kulit cerah yang bersinar dan gaya yang lebih modis. Tak heran mereka sangat berusaha untuk merawat penampilan dirinya.
Tak heran bila skincare dari Korea Selatan bayak diminati oleh kaum wanita Indonesia. Selain harganya lebih terjangkau, skincare Korea dirasa lebih dekat untuk brandingnya. Bahkan transaksi pembelian skincare Korea mencapai senilai US$38,5 juta.
Fandom K-Pop Lebih Dari Sekedar Drama
Bagi Generasi Milenial dan Gen Z, Korean Wave tidak hanya terbatas pada drama tetapi sangat terasa nyata dalam dunia K-Pop. Bahkan, Indonesia memiliki basis penggemar BTS terbesar di dunia, dikenal sebagai ARMY. Dimana fandom Indonesia ini mencakup 20% dari anggota ARMY di seluruh dunia. Antusiasme tidak berhenti hanya pada menjadi penggemar; anggota ARMY Indonesia adalah penggemar yang setia. Bahkan mereka rela mengeluarkan hampir USD 1.400 setiap tahunnya untuk membeli merchandise BTS, album, makanan, dan barang-barang yang terkait dengan idolanya.
Baru-baru ini, fandom k-pop rela mengeluarkan dana 1,2 juta hingga 3,6 juta rupiah untuk menonton konser para anggota TWICE di Jakarta.
Korean wave telah memberikan perubahan budaya di Indonesia yang semakin hari semakin kuat identitasnnya. Untuk itu, Korean Wave ini bisa dimanfaatkan oleh brand untuk melakukan brandingnya. Misalnya saja dengan mengupload konten tiktok tentang tren sosial media akhir-akhir ini yang merupakan tren gwenchana. Untuk yang belum tahu, gwenchana artinya adalah “baik-baik saja” atau “tidak apa-apa”. Kalimat ini biasanya sering didengar di drama korea, tetapi akhir-akhir ini malah dijadikan tren komedi di media sosial.
[BACA JUGA : Storytelling Marketing dengan Webtoon Ads]
Belum tahu langkah apa yang harus kamu lakukan atau kesempatan apa yang dapat kamu manfaatkan? Gwenchana! Untuk tren terbaru consumer behavior di Indonesia, hubungi cacaFly Metrodata Indonesia dan explore artikel menarik lainnya di cacaflymetrodata.com.
