Perkembangan AI makin nggak main-main. Salah satu yang baru dan mencuri perhatian adalah Google VEO, sebuah teknologi AI yang bisa membuat video realistis hanya dari deskripsi teks. Tapi, apakah ini ancaman buat kreator atau justru peluang baru?
Mari kita kupas tuntas.
Apa Itu Google VEO?
Google VEO adalah model AI terbaru dari Google yang mampu membuat video sinematik hanya dari input teks. Bayangkan, kamu cukup menuliskan kalimat seperti:
“Seorang ibu menyalakan kompor sambil tersenyum, cahaya pagi masuk dari jendela.”
…dan dalam hitungan detik, kamu akan mendapatkan video visualisasi dari deskripsi tersebut. Realistis. Detail. Sinematik.
Apakah Ini Mengancam Kreator dan Tim Kreatif?
Jawabannya: belum tentu. Justru bisa jadi alat bantu powerful untuk:
- Prototyping konten campaign: Nggak perlu shooting dulu untuk bikin draft ide.
- Moodboard visual yang cepat: Cocok buat presentasi ke klien atau stakeholder.
- Simulasi konsep produksi: Sebelum masuk ke tahap produksi yang mahal.
Dengan kata lain, AI bisa mempercepat proses tanpa menggantikan sentuhan manusia.
Risiko dan Etika: Semakin Realistik, Semakin Rentan Disalahgunakan
Kemampuan AI yang makin canggih juga membawa risiko. Semakin sulit dibedakan mana yang nyata dan mana yang deepfake. Maka, brand perlu meningkatkan literasi digital dan etika penggunaan AI.
Tips untuk brand:
- ✅ Selalu verifikasi sumber video sebelum repost.
- ✅ Gunakan watermark pada konten yang diproduksi.
- ✅ Hindari penggunaan visual AI untuk isu sensitif seperti politik, krisis, atau kesehatan.
Contohnya, asal repost video “viral” dari akun nggak jelas bisa merusak reputasi brand jika ternyata itu adalah deepfake. Google VEO dan teknologi sejenis bisa jadi game-changer. Tapi bukan untuk menggantikan tim kreatif—melainkan untuk mempercepat dan mempermudah kerja.
Punya ide campaign dan ingin coba validasi cepat dengan AI?
👉 Yuk konsultasi bareng tim cacaFly!
Biar kamu tetap relevan di tengah perubahan teknologi yang super cepat ini.
